Pembagian
yang Adil
Didesa
Tanjung balai, hiduplah seorang lelaki miskin. Ia memiliki seekor yam yang
berbulu molek. Ayam itu akan ia persembahkan kepada Baginda Raja. Lelaki itu
pun membawa ayamnya ke istana.
“Terima kasih atas pemberianmu,
Kang!” kata Sang Raja, “dapatkah engkau membagi dagingnya secara adil?
Keluargaku ada enam, yaitu aku, istriku, dua anak laki-lakiku, dan dua anak
perempuanku.’’
Lelaki itu menyanggupi. Kemudian, ia
pun segera menyembelih dan memotong-motong daging ayam itu. Setelah selesai, ia
pun membawanya kehadapan Baginda.
“kepalanya untuk Paduka, sebab Paduka
adalah kepala keluarga. Puggungnya unutk permaisuri, sebagai lambang penyayang
rumah tangga. Kedua pahanya untuk anak laki-laki Paduka, sebab keduanya akan
mengikuti jejak paduka sebagai penguasa negeri ini. Kedua sayapnya untuk kedua
anak perempuan Paduka, sebab mereka akan menikah dan “terbang’’ (pergi) bersama
suami mereka. Sisanya, ya, untuk hamba sebagai tamu.’’
Raja kagum akan kecerdikan lelaki
miskin itu. Karena kecerdikanya itu, Raja memberikan hadiah seratus keping
emas.
Seorang lelaki tetangga simiskin
datang pula keistana. Ia membawa lima ekor ayam kepada Raja dengan harapan ia
memperoleh hadiah lima kali lipat. Baginda pun berkata kepadanya. “kang, terima
kasih atas pemberianmu. Sayangnya, kami ber enam, sedangkan ayam yang kau bawa
hanya lima ekor. Aturlah pembagianya secara adil!’’
Lelaki tu tidak dapat memenuhi
keinginan Raja. Bagaimana mungkin lima ekor ayam dibagi enam? “Ah, seharusnya
aku membawa enam ekor,’’ sesalnya dalam hati.
“Kalau begitu, sebaiknya kita panggil
saja si miskin,’’ akhirnya Raja memutuskan. Di hadapan Raja, siMiskin
menjelaskan dengan sigap. “Begini pembagian yang adil. Ayam pertama untuk
paduka da permaisuri. Ayam kedua untuk kedua putra Paduka. Ayam ketiga untuk
putri paduka. Sesama dua sisanya unutk hamba sebagai tamu yang patut mendapat
kehormatan.’’
“Mengapa demikian pembagianya?’’
tanya Paduka.
“Begini, paduka. Seekor ayam ditambah
Paduka dan Permaisuri berjumlah tiga. Begitu juga seekor ayam ditambah dua
putra paduka menjadi tiga. Seekor ayam ditambah kedua putri Paduka menjadi
tiga. Hamba sendiri hanya seorang. Bukankah untuk menjadi tiga harus ditambah
dua ekor ayam?’’
...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar